Rabu, 13 Januari 2016

My Love Is Gone

*chapter 3*
'..apa dia punya masalalu yang sama denganku' batin Tenten. "Ayoo pulang!" 'secepat ini?' Batin Tenten lagi. "Ba..baiklah kalau begitu" dengan raut muka yang terlihat sedih. Tenten pun bangkit berdiri dan mulai berjalan, begitupun pemuda itu bangkit berdiri dan berjalan mengikuti Tenten. Tenten menoleh. "Apa yang kau lakukan? Mengikutiku?" "Aku ingin mengantarmu pulang" "A..apa? Tidak boleeeeh" "Kenapa tidak boleh?" "Pokoknya tidak boleeh" "Aku akan mengantarmu" Pemuda itu lalu merangkul tangan Tenten dan menariknya. Tenten yang bingung dan tidak tau harus berkata apalagi pasrah karna baru pertama kali setelah 3 tahun berlalu ada yang berani menyentuh tangannya. Tiba didepan rumah Tenten. "Ini rumahku, kau pulanglah!" "Tidak mau. Aku ingin masuk" Pemuda itu mengambil kunci dari tangan Tenten lalu membuka pintu dan masuk. Tenten hanya tertegun dan segera masuk mengikuti pemuda itu. Tanpa ragu pemuda itu duduk disebuah sofa ruang tamu. Tenten yang langsung menuju dapur bukannya membuatkan minuman malah mengambil sebuah wajan kecil dan menaruh dibelakangnya. Ia takut hal yang buruk akan terjadi karna dia sadar bahwa pemuda itu seorang laki - laki yang baru saja dia temui seminggu ini. Beberapa menit berlalu tidak ada tanda2 kejahatan yang terpikir dalam benak Tenten. Pemuda itu hanya duduk dan menonton film sekali sekali memandang ke arah Tenten. Tidak beberapa lama pemuda itu terlelap dan tidur disofa 'aku harus membangunkannya' pikir Tenten. Tenten mendekat hendak membangunkan. Tangannya menyentuh bahu pemuda itu tapi tiba2 hatinya tersentuh untuk tidak membangunkan pemuda itu. "Sepertinya dia kelelahan, baiklah nanti saja aku bangunkan" Tenten lalu menuju dapur. Aroma makanan dari arah dapur membangunkan si pemuda, ia sadar bahwa ia sudah terlalu lama tidur. Dan langsung mencari Tenten "Hey aku pulang dulu ya?" "Eh tunggu! Kau harus makan dulu" "Tidak usah, aku kan sudah makan makananmu tadi" "ta..tapii.." "Aku pergi, maaf merepotkan mu. Dan terimakasih atas makanannya tadi. Daah" Pintu pun tertutup 'dia bahkan pergi begitu saja tanpa berkata ingin menemuiku lagi? Apa besok kami akan bertemu lagii..' Kata Cinta dalam hati. . . Tiba disebuah rumah mewah pemuda itu lalu masuk. Ia membuka pintu dan langsung menuju kekamarnya, kamar yang cukup besar. Ia membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur dan memejamkan matanya tiba2 ia teringat bagaimana ia bertemu Tenten seminggu yang lalu. "Awaaaaasss.." Bukkkkk "Kau tidak apa apa" Tenten yang masih syock hanya terdiam dan tidak menjawab "Ayo aku bantu berdiri. Bagaimana bisa kau tidak melihat motor itu melaju kearah mu" Tenten berdiri dibantu oleh pemuda itu. "Ka..kau terluka" kata Tenten pada pemuda itu. "Oh ini? Tidak apa apa hanya luka kecil" "Ini. Ambillah!" Tenten mengeluarkan sebuah plaster dan menyodorkannya ke pemuda itu. "Bukankah kau harus memasangkannya untukku?" "A..apa? Aah Ba..baiklah" Tenten dan pemuda itu pun menyingkir dari jalan dan duduk disebuah kursi yang terletak dipinggir. Tenten lalu memasangkannya pada lengan pemuda itu. "Lain kali kau harus hati2 lagi, aku pergi" pemuda itu berjalan meninggalkan Tenten. "Te..terimakasih" ucapnya. Pemuda itu berhenti tanpa menoleh ke arah Tenten dan hanya mengankat tangan kanannya dan memberi tanda jempol atau istilah lainnya 'oke' pada Tenten. Dua hari kemudian dibelakang sekolah. "Hey, kau? Apa kau ingat aku" "Bukankah kau orang yang menolongku waktu itu?" "Ternyata ingatanmu masih bagus ya?" "Apa yang kau lakukan disini?". "Aku hanya lewat dan melihat orang yang sepertinya aku kenal dan menyapanya" "Apa maksud mu itu aku?" "Lalu siapa lagii?"Pemuda itu duduk disebelah Tenten. "Terimakasih" "Lagi? Hari itu kan kau sudah berterimakasih. Hmm kalau kau ingin berterimakasih kemarilah besok dan bawakan aku makanan" "A..apa?" "Jika kau benar2 kemari aku akan menerima terimakasihmu itu, aku pergi" Pemuda itupun langsung pergi dan meninggalkan Tenten lagi. "Ingatt! Kemarilah besokk dan bawakan aku makanan!". 'Dia terlihat pucat apakah dia sakit karna menolongku hari itu? Aku berjanji akan membawakan makanan, kau tunggu saja'. Begitulah seterusnya sampai mereka terus bertemu hingga hari ini. Tok tok.. "Sayaaang apa kau sudah pulang? Ibu masuk yaa?" Wanita yang adalah ibunya itu membuyarkan pikiran si pemuda, "Masuklah ibu" "Kau pasti kelelahan, jangan terlalu sering berada diluar oke?" Sambil menaruh roti, susu dan sebuah obat. "Ayo makan dulu obatmu sayang" pemuda itu pun duduk dan meminum obat dan susunya. "Ibuu.." Pemuda itu memeluk ibunya. Mata ibunya berkaca kaca sambil menahan agar ia tidak menangis. "Ada apa sayang?" "Aku hanya ingin memelukmu erat ibu, aku merindukan ibu" Pemuda itu memeluk ibunya erat. "Sayaang.." Ibunya tidak bisa membendung lagi air matanya dan akhirnya meneteskan air mata. "Apa ibu menangis?" Pemuda itu melepaskan pelukannya dan mengusap airmata ibunya. "Ibu jangan menangis. Lihatlah keriput ibu nanti bertambah" kata pemuda itu sambil mencandainya. Ibunya pun tertawa. "Oya ibu aku tadi menemui gadis itu" "Apa? Kenapa kau menemuinyaa?? Aku kira kau hanya mengawasinya saja!" "Aku tidak tahan lagi bu melihat dia selalu sendiri tanpa tersenyum, setidaknya jika aku menemuinya dia bisa kembali tertawa dan tersenyum" "tapii.." "Sudahlah ibu aku tidak apa apa. Kau jangan khawatir begitu" kata pemuda itu sambil terseyum. "Baiklah jika itu keinginanmu, tapi ingat kau tidak boleh terlalu kelelahan mengerti?" "Iya ibu" Ibunya pun pergi meninggalkan kamar pemuda itu. Pemuda itu kembali berbaring dan terlelap tanpa mandi. . . "Selamat pagi ayah, ibu" "Pagi sayaang" jawab ibu dan ayahnya. "Oya Naruto apa kau nanti ikut ayahmu lagi?" "Tentu saja ibu aku harus ikut" Kata pemuda yang ternyata bernama Naruto itu. "Sayang sudahlah jangan khawatir kan ada aku yang menjaganya disana" kata Minato pada istrinya, Kushina. "Benar bu, ayahkan sangat perhatian padaku lebih dari perhatiannya pada ibu" semua pun tertawa. "Kau ini bisa saja. Baiklah! Tapi ingat jangan terlalu lelah oke? Sekarang makanlah sarapanmu dan jangan lupa minum obat". "Kami berangkat ya bu? Tunggulah dirumah, ayah tidak akan lama kok" canda Naruto. Kushina hanya tersenyum. "Hati hatiii.." . . Sampailah mereka didepan sebuah gedung sekolah, Naruto dan Minato pun masuk menuju ruang kepala sekolah. Mereka berdua datang terlalu pagi sehingga belum ada seorang pun selain mereka berdua. Tenten duduk didalam kelas sambil menunggu bel masuk berbunyi. "Teman2 apa kalian tidak melihat kepala sekolah tadi pagi membawa seseorang?" "Siapa? Kau tau kan kepala sekolah itu datang terlalu pagi setiap hari jadi mana kami tau" "Sepertinya dia membawa siswa baru. Aku melihatnya tadi pagi ketika aku datang untuk piket bersih2" "Siapa dia? Laki2 atau perempuan?" "Laki2. Dia lumayan tampan. Sepertinya sebaya dengan kita. Tapi dia tidak memakai seragam" "Mungkinkah dia anak kepala sekolah?" "Heeeeyyyy apa kalian bergosip lagi? Bel sudah berbunyi dari tadi" bu Tsunade membubarkan anak2 yang berkerumunan tadi. Tenten cuek dan tidak peduli padahal dia juga mendengar kisah mereka tadi. Tiba2 ada siswi yang berani bertanya. "Bu Tsunade, pemuda yang masuk bersama kepala sekolah tadi siapa?" "Kenapa? Apa kalian para siswi wanita ingin berkenalan dengannya" "Hhuuuuuuuuu" para siswa laki2 berseru. "Dia itu adalah anak kepala sekolah. Untuk apa dia disini ibu juga tidak tau, yang jelas dia tampan kan?" Canda bu Tsunade. "Hhuuuuuuuu" semua berseru. Sasuke yang sedari tadi diam melihat ke arah Tenten. Tenten pun tidak peduli akan kegaduhan yang terjadi dikelasnya ia menatap keluar jendela ingin segera jam sekolah berakhir. "Lalu namanya siapa bu?" "Masalah nama Ibu tidak bisa memberi tahu. Sekarang kita selesaikan pelajaran yang kemarin!" Jam sekolah pun berakhir. Tenten buru2 kebelakang sekolah untuk menemui seseorang. Benar saja sudah ada yang menunggunya disana. Tenten duduk disamping Naruto. Ia mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya. "Apa ini untukku?" Tanya Naruto. "Menurutmu? Ini ambillah" "Waah sepertinya enak. Tapi, sayang sekali aku sudah makan" "Ya sudah kembalikan!" "Jangan begitu. Aku akan bawa ini kerumah" 15 menit berlalu tiba2 Naruto merebahkan kepalanya dibahu Tenten. Wajah Tenten merona merah, dadanya terasa mau meledak. 'Apa ini artinya aku jatuh cinta' dalam hatinya. Naruto memejamkan matanya. Angin berhembus. Ia merasa ingin terus seperti ini. Tapi ia sadar akan suatu hal, ia lalu meluruskan kembali kepalanya. "Ayo ikut aku" "Kemana?" Tanya Tenten. Naruto diam sambil memegang tangan Tenten dan membawanya kesuatu tempat. *To Be Continued*

Bonus. Pic from google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar