Sabtu, 23 Januari 2016

You Suck (anak baru anti-mainstream)

*Part 3*
Hari kedua disekolah. "Hosh..hosh..hosh.. Untung tadi ada anjing Kiba ngejar - ngejar minta ttd, jadi gak terlambat deh nyampe sekolah hosh..hosh.." Tiba dikelas, aku sempat dibuat heran sama penghuni kelas ini. Kemarin ributnya na'ujubilah! Sekarang hening alhamdulilah! Ada apa gerangan? Kataku dalam hati. Semua sibuk dengan buku masing - masing padahal lonceng sama sekali belum berbunyi 'rajinnyaaa' batinku. Aku lalu mengeluarkan hape berniat dengar lagu lagi, tapi mengingat kejadian kemaren aku jadi malas! Ting.ting.ting.ting.ayutingting (?) Lonceng telah berbunyi waktunya jam pelajaran dimulai. Diawali dengan kedatangan Sensei yang aku lihat mirip sekali dengan Lee. 'Bapaknya kali yee'. Lalu berdoa menurut agamanya masing - masing kecuali Naruto karna gak punya agama. "Baik anak - anak sudah siap yaaa? Lee!!" Panggil guru Gai. "Yaa guru?" "Bagikan soal - soal ini pada teman - temanmu!" "Baik guru!" ''Hah Ulangan? Kok gak ada yg ngasih tau guee??" Omelku kepada Sasuke. "Ulangannya dikasih tau sensei Minggu lalu, kamu kan baru masuk!" Jawab Kiba (?). Ditanya siapa yang ngejawab siapa? "Siapa suruh loe masuknya kemarin!" Sambung Sasuke. Pengen rasanya aku main hakim sendiri sama dia tapi berhubung ulangan dan aku gak belajar apa - apa yah terpaksaaaa... Minta jawaban dia! "Ayoo anak - anak kerjakan dengan semangat muda kalian!" Teriak Gai sensei. Liat kanan kiri depan belakang santai - santai aja ngerjain! Liat lembar jawaban Sasuke udah banyak tulisannya cuma terlalu kecil jadi gak bisa nyontek sedangkan aku? Bercak noda dikertas putih pun gak ada. 'Oh my god. Mati Gue!' batinku. Tersisa 30 menit lagi ngeliat Sasuke udah santai - santai aja dengan tangan mainin Iphonenya. "Sas..Sasukeeeee" bisik ku. "Nape!?" Dengan kurang ajarnya dia bertanya dengan suara nyaring yang otomatis semua penghuni menatap ke arah kami! Dengan terpaksa aku menjawab. "Hah? Gak knape - nape kok. Hehee" Semua pun kembali ke aktivitas. Baru saja aku ingin menyemprot Sasuke dengan ocehanku tiba - tiba. "Nih. Tapi nanti bayar yah?" "Ya udah berapapun deh yang kamu minta. Asal sini jawabannya!". Sasuke pun memberiku contekan dan aku akhirnya pun merasa lega. Ting! Waktupun habis, aku juga sudah menyelesaikan contekan yang aku tulis secepat kilat tadi. "Thanks yah sas" kataku. Tak ada respon, aku dikacangin. Aku lirik kearahnya yg masih main hp. Trnyata dia masih main COC. 'Huh syukurlah, jadi aku gak usah bayar hutang tadi'. Baru saja mau berdiri menuju kantin, seseorang yang aku tau itu siapa menahan tangan kanan ku. Sontak saja Fansgirlnya melihat dan terkejut apalagi Sakura dan Ino. Aku lalu menoleh ke arah orang yang telah memegangku, takut terjangkit virus kemarahan dari fansgirlnya aku pun menepis tangan itu. Dia lalu berkata. "Mau kemana? Bayar dulu utangmu!" Aku pun sweetdrop dibuatnya. "Eh? I..iya berapa kamu minta aku bayar. Asal jangan mahal - mahal soalnya aku gak punya uang nih" "tenang aja, aku minta..." Ada sedikit jeda disana dan dengan pedenya aku potong perkataannya. "jangan minta aku jadi pacarmu yah" "PD amat sih loe! Muka jelek dan rambut dicepol bukan selera gue" "Gue minta loe jadi pembantu sehari gue!" Apaahh, aku pun terkejut dan bertanya. "Gajinya gede gak? Bayar permenit yah" "Enak aja! Loe kan lagi bayar hutang!" "Oh iya lupa, ya udah deh terserah loe mau apain gue seharian ini. Asal hutang gue lunas" "Good girl" dengan tampangnya yg datar. . . Akhirnya bel pulang berbunyi, aku lihat Sasuke masih tidur. Akupun bergegas mengambil kesempatan untuk pulang, karna dimall lagi ada diskon besar - besaran. "Jangan kabur!" Perintahnya. Aku yang sedari tadi mengendap - endap pun berhenti. Dia lalu menarik tangan ku keluar kelas. "Mau kmana sih?" Tanya ku. "Diam deh lu! Pembantu ya ngikut perintah aja!" Bentaknya. "Ooh gue mau diajak jalan - jalan ya pake mobil lu, atau mau jadikan gue sebagai pacar buat manas - manasin FG loe?" Kata ku dengan semangat muda ala Lee dan guru Gai. Aku yang tidak sabaran hanya mengikuti sampai parkiran. Alangkah terkejutnya aku lalu berteriak. "Haaaaaaaahh?? Sepeda butut? Katanya loe kaya? Kok naik sepeda?" "Gue bangkrut!" "Hahaha Kasian amaat. Sabar deh sabar" "Ya gak lah, trus lu percaya?? Hahahaa" Ternyata sedari tadi aku dibohongi. Aku hanya bisa sabar dan berkata, "Menyebalkan!" Sepeda pun berhenti tepat disebuah apartemen mewah. Sasuke memandangku yang masih menganga. "Mangap aja lu! Ada Lalat tuh masuk" segera setelahnya aku menutup mulut. "Ayoo!" ajaknya. "Woooww gede bangeeett, mana ortu loe?" Tanya ku dengan polos. "Aku tinggal sendiri". Aku lalu menatap penuh curiga padanya. "Trus ngapain bawa gue kesini? Jangan - jangan!!" Pikiran buruk pun melintas dikepalaku lalu, Swiing.. Sasuke melempari lap tepat diwajahku. Betapa kurang ajarnya anak ini! "Bersihin apartemen ini sebersih bersihnya dan masakan aku makanan! Aku mau keluar sebentar" dia memerintahku seenak jidatnya aja. "Hey! Itu kan trlalu banyakk! Gue Cuma minta jawaban tadi dikiiiitt!!" Entah dia mendengar teriakan ku atau tidak, yang jelas dia sudah hilang dibalik pintu apartemennya. Tiga jam pun berlalu, aku juga sudah siap dengan makanan yang sudah dia pesan. "Capek bangeeeett, kalau tau begini tadi aku minjam dulu jurus seribu bayangan Naruto, huh. Tidur bentar deh" Aku yang kelelahan akhirnya tidur disofa dan melayang ke alam mimpi. Begitu buruknya hariku sampai - sampai aku memimpikan Sasuke tengah main futsal bareng Kiba, Naruto, Neji, Shika, Shino, Sai dan Lee. Lalu dia mati karna tendangan agresif dari Lee. Setelah itu dia menghantui ku tiap saat, bukannya menghantui Lee tapi malah aku! Gimana sihh!! Tiba - tiba, "Setaaaaaaaaaaannnnn!" Teriak ku lalu dengan otomatis mengeluarkan tinju yang aku pelajari dari Sasori~senpai mengarah tepat kepelipis Sasuke. Perlahan ku buka mata. "Aah Sasuke? Maaf - maaf aku gak sengaja! Siapa suruh kamu deket - deket aku!" Kata ku dengan tampang tidak bersalah. "Bodohh!" Sweetdrop deh aku dibuatnya. "Sini deh aku obatin" lalu aku mencari cari plester dan menempelkannya pada pelipis Sasuke. "Pulang gih sono!" Usir Sasuke. "Yaaaah padahal dari tadi gue laper. Gak ngajak gue makan dulu nih?" Kata ku. "Ya sudah! Kedapur!" Tiba didapur aku membuka tudung saji dan bersiap makan. "Apaan ni?"Kata Sasuke penuh penekanan. "Sup tomat. Coba gih enak looh" kata ku dengan bangga. Sasuke pun akhirnya mulai mencoba. "Yuck.. Asam banget! Gak ada yang lainnya apah? Msa' cuma sup tomat aja" "Iyaa yang ada dikulkas lu kan Cuma adanya tomat, tomat dan tomat, salahin kulkas loe tuh!" Jawab ku enteng sambil memakan nasi dan sup tomat tadi. Batin Sasuke 'gimana bisa ni cewe makan sup tomat asam begitu? Gue yang doyan tomat aja kagak nahan!' "Ngabisin tomat gue aja lu! Ikut gue!" Kata Sasuke. "Eh eh main tarik aja kau, tunggu!!" Kami lalu menuju RM Ramen Ichiraku. "Yeeeyy ditraktir Sasuke!!" "Ramennya satu ya pak" kata sasuke. "Loh? Aku gimana?" "Aku gak lapar, kamu aja. Tanda trimakasih karna sudah jadi pembantuku!" Sial! Kata - kata itu lagi yang keluar 'pembantu'. "Tumben lu baik. Ya udah deh aku makan! Selamat makan!". 30 menit kemudian Didepan apartemenku. "Makasih yaaah saaaas traktirannya! Lain kalii guee yg traktir kalo punya duitnyaaaa" triak ku sambil cekikikan. Dan mulai masuk kerumah setelah Sasuke menghilang dari pandangan. *To Be Continued*


Minggu, 17 Januari 2016

You Suck (anak baru anti-mainstram)

*Part 2*
Aku duduk disamping pak kusir yang.. Eh maksud ku Sasuke Uchiha. Aku diam lalu mengeluarkan buku dan pulpen tak lupa tipeX, siapa tau aku salah nulis. Dalam lubuk hati yang terdalam sebenarnya pengen 'Say Hay' ke teman sebangkuku ini, tapi aku urungkan niat melihat mata sharingannya menatapku. Mungkin jika aku teruskan aku akan diGenjutsu! Istirahat pun tiba, semua bergegas menuju kantin. "Eh kamu gak kekantin?" Tanya Temari. "Oh enggak aku lagi diet, jaga body siapa tau ada yang naksir" jawabku. Lalu hawa dingin mulai menusuk dan berkata. "Paling juga yang naksir Chouji!" Hawa dingin itu pun pergi bersama Kiba dan Naruto. Dan dalam hatiku berkata 'untung aja loe punya Amaterasu, kalo gak udah gue jedotin tuh kepala ke aspal'. Beberapa menit berlalu semua penghuni kelas datang walau masih dalam mode istirahat. Ada yang tidur - tiduran dikelas, ngegosip, pacaran, lari - larian kayak anak bayi ups.. TK maksudnya. Aku sebagai anak baru ngerasa dikacangin. Padahal aku berharap ada yang godain tapi nihil! Alhasil karna bosan aku keluarkan Iphone5s ku dan dengerin lagu 'ucing ala babi'. Aku yang sedari tadi bersandar dikursi dan memejamkan mata tidak tau kalo ada yang diam - diam mengambil headset sebelah kananku. Ya! Sasuke Uchiha yang diam - diam dingin seperti es punya nyali untuk menjahiliku. Dia menaruh headset itu ketelinga sebelah kirinya lalu cekikikan sendiri kayak orang gila yang baru lepas dari kandangnya, entah karna lagu yang menurutnya aneh atau sekedar tertawa karna gak ada kerjaan. "Kenapa kau?" Tanya Kiba pada Sasuke, dan dijawab dengan "Sst!" saja. Melihat aku yang masih terpejam, ia lalu mengeluarkan Iphone yang entah tipenya berapa. Aku kira dia tertarik dengan lagu - lagu dihpku dan mau mengirimnya tapi ternyata oh ternyataaa dia selfie berdua denganku yang masih terpejam. Jepreet jepreeet lalu jepret ke 3 kalinya tau - tau semua kepala dengan wajah yang berbeda - beda juga nongol dihape Sasuke. Sasuke mau hapus tapi Sakura dan Ino memelas agar foto yang ada muka - muka mereka itu disimpan. "Jangan dihapus dong Sas, masa' anak baru ini aja sih yang nongkrong dihp kamu" kata Ino. "Iya sas, nanti aku mau minta kalo hape aku udah Iphone, kalo sekarang hape aku masih BBS" kata Sakura dengan polosnya. Omongan mereka pun hanya dibalas "Hn" oleh Sasuke dengan dingin khas bungsu Uchiha tersebut. Mendengar suara - suara berisik yang menyakitkan pendengaran, aku pun membuka mata. Aku menoleh kesamping kanan begitu terkejutnya aku melihat sesuatu dan berkata. "Loh? Hape kita kok samaan??" Sambil merampas hape Sasuke yang ia pegang sedari tadi. "Nah lo. Awas ketuker yah atau kamu sengaja nuker! Aku gak sudi couple'an hp sama kamu, coba Neji hpnya kayak gini" kata ku sambil ngalihin pandangan ke bangku Neji, terus senyum - senyum gak jelas dan ada lope - lope dimata. Sasuke yang hanya bisa bengong ngeliat tingkah ku hanya membatin 'mimpi apa ni cewe barusan, autis kali ya!' Lalu berkata. "Balikin hape gue! Gue gak sudi hape ini dipegang cewek autis" aku menoleh ke arah Sasuke dan berkata. "Beraninya kauu..!!" Apipun berkobar kobar dibelakang kepala masing - masing. Aku hendak mengeluarkan jurus seribu bayangan milik Naruto tapi melihat mata Sasuke yang sudah pasti mengeluarkan jurus Amaterasu urung aku lakukan dan ngabur ke arah toilet. 'Kalo aku keluarin Jurus Seribu Bayangan milik Naruto berapapun itu Sasuke pasti menang, secara pasti dibakar abis sama dia'. *To Be Continued*


Sabtu, 16 Januari 2016

You Suck (anak baru anti-mainstream)

*Part 1*
Aku menelan ludah ketika sampai tepat di depan gerbang sekolah. Bukan karna aku takut atau apa, tapi karna aku haus dan membutuhkan air akibat setengah jam sudah aku berjalan kaki sampai kesini. Aku anak baru disekolah ini, pindahan entah darimana. Yang jelas aku disuruh suruh author bantuin dia jadi pemeran utama disini ngisi keGaJean dia buat fic ini. Sebenarnya aku malas tapi berhubung dia ngefans berat sama aku jadi aku mau mau aja dan lagi aku kurang nampang ditv jadi ya udah aku pasrah aja deh. Kok curhat? Oya lupa nama aku Tenten. Aku tinggal diKonoha, tepatnya diapartemen kecil. Aku sangat sangat miskin, bersekolah disini pun bermodal beasiswa semata, datang dan pergipun aku hanya berjalan kaki. Ada gak sih yang dengar curhat gue?? Oke kembali kecerita! Aku segera melapor ke kantor bahwa aku yang ditunggu tunggu sudah datang. Lalu seorang laki laki tampan (?) berambut seperti uban membawaku kekelas. Percakapan kecil pun terjadi. "Hihaha naha hu?" "Hah??" Kataku. Naik satu oktaf "Hihaha naha hu!". "Hah???" Lagi - lagi aku budeg. "Hihaha naha hu!!" Naik dua oktaf. "Haaaahh???" Sambil telingaku ku dekat - dekatkan ke wajahnya. Lalu "Siapaa nama lu budeg?!!" Dengan emosi tak terkendali dia menjawab tapi dia lupa akan satu hal. Maskernya dia lepass saudara -saudara. Tapi aaahh buru - buru dia tutup lagi saudara - saudara. "Oooh saya Tenten pindahan dariii..." Ragu - ragu aku menjawab tapi tetap aku jawab. "Darii Tering senpai!" 'Ah? Memangnya ada? Udah ah ngapain gue pikirin! Mending baca Icha - Icha Paradise Lagi'. Batin Kakashi. Baru saja Kakashi mau ngambil bukunya tiba - tiba gue ngerocos. "Senpai dah sampai ni! Kenalin gih aku" 'Ya elaaah ni anak baru, bacotnya!' Batin kakashi lagi Kita pun sampai didepan anak - anak lama yang na'ujubilah ributnya dari tadi!! Aku yang hanya anak barupun mengikuti Kakashi sambil tertunduk malu sama kucing meong meong meong. "Anak - anak perkenalkan teman baru kalian, Tenten tanpa marga. Please welcome, Tenten!" Prok..prok..prok..prok.. Riuh rendah suara tepuk tangan penonton memecah keheningan yang sedari tadi memang hening - hening saja karna khayalanku terlalu jauh mengharap perhatian dari mereka semua. Aku yang sedari tadi menunduk dengan berani menatap mereka. Mereka balas menatapku dengan tatapan tajam menusuk hati seakan aku akan diadili. Sedikit profil teman - teman baruku ini akan aku jelaskan satu persatu. Yang pertama dari sebelah kananku yaitu Sakura Haruno, primadona kelas, cukup pintar, sigap dalam mengobati luka karna dia anggota Palang Merah dan kebanggaan dari kepala sekolah, Tsunade. Disebelahnya ada Naruto Uzumaki, pahlawan Konoha, fans berat Sakura, bodoh dan emosian. Dibangku tengah sebelah kanan ku ada Chouji Gen... (Jika 3 huruf terakhir disebut siap - siap masuk UKS) yang suka makan keripik kentang. Disampingnya ada Neji Hyuga si otak jenius, yang pandangan pertama awal aku bejumpa sukses membuat aku Love At First Sight. Lalu bangku sebelah kiri ku ada Kiba Inuzuka, blak - blakan, suka mengganggu apalagi jika membawa anjingnya yang bau itu. Disebelahnya lagi ada Ino Yamanaka, tukang gosip dan fans dari Sasuke setelah Sakura. Dibelakang Ino ada Sasuke Uchiha, sifat sedingin es tapi hampir siswi disini exc. aku dan Hinata, tergila gila akan ketampanan Uchiha ini. Disebelah Sasuke entah kenapa bangku kosong. Ditengah lagi ada Sai, wajah putih bak mayat. Disampingnya ada RockLee, al4y tapi semangat mudanya menggebu gebu. Lalu dibelakang Naruto ada Hinata Hyuga, adik sepupu dari Neji, pendiam dan terkesan malu -malu apalagi kepada pujaan hatinya Naruto. Disamping Hinata ada Shino Aburame, sama pendiam seperti Hinata, jika berbicara omongannya berbelit belit dan memakai kacamata hitam. Lalu paling pojok sebelah kiri dibelakang Sasuke ada Temari kakak dari Sabaku No Gaara, ia pindah ke KHS karena ada pacarnya Shikamaru jadi dia bela - belain tinggal dua tingkat disekolah Suna agar bisa satu tingkat dengan pacarnya. Dan disampingnya ada Shikamaru Nara, terlihat malas tapi dia rajanya si raja jenius dan menjabat sebagai ketua kelas kami. "Cukup melamunnya Tenten! Sekarang kau duduk disamping Sasuke dan kita mulai pelajaran berikutnya." *To Be Continued*


Kamis, 14 Januari 2016

My Love Is Gone

*chapter 5*

"TENTEN..!!"

"Sasuke?? Kenapa kau ada disini?" Tanya
Tenten heran.

"Kemana saja kau? Aku mencarimu kemana - mana dan kau ada disini??" Dengan nada suara yang agak tinggi.

"A..ada apa kau mencariku?" Dengan ngos - ngosan dan mata yang merah Sasuke menyodorkan sebuah kertas.

"Ini. Ambillah!"

"Apa ini?" Tenten megambil dan mulai membuka kertas yang adalah surat tersebut lalu membacanya.

'Dear Tenten..
Bagaimana keadaanmu? Aku sangat mengkhawatirkan dan merindukanmu. Sampai - sampai aku lupa bagaimana wajah cantikmu itu. Hehe
Tenten, setelah menerima surat ini tersenyumlah dan jangan menangis untukku. Aku tau berat bagimu tau bahwa aku yang menyebakan orangtuamu meninggal. Tapi, aku mohon maafkan aku. Tenten, sebenarnya aku juga mencintaimu sama seperti kau mencintaiku tapi aku sadar hidupku cuma sebentar...'

Glek!

Tenten menelan ludahnya ia takut jika meneruskan membaca surat itu ia akan menemukan hal yang selama ini tidak ia inginkan

"Teruslah membaca!" kata Sasuke meyakinkan. Dengan tangan yang gemetar Tenten terpaksa melanjutkan.

'...Setelah kau membaca surat ini aku sudah tidak ada didunia ini lagi...'

Tiba - tiba airmata membasahi pipi Tenten.

'..Maafkan aku terlalu cepat meninggalkanmu, tapi aku tidak benar - benar meninggalkanmu. Aku akan terus mengawasimu dari dunia yang berbeda jadi jangan nakal ya?
Tenten, kepergianku bukan akhir dari hidupmu. Aku mohon kau keluarlah dari dunia penyendirimu itu. Bertemanlah dengan semua orang. Mulai lah mengenal dan mencintai seseorang. Aku telah meminta pada Sasuke, sahabatku untuk menjagamu. Menurutlah padanya maka dia akan membantu dan menjagamu.
Oh ya, kau tidak tau kan bahwa aku adalah anak dari kepala sekolahmu? Aku minta maaf tidak memberitaumu sebelumnya. Temanilah mereka Tenten, apalagi ibuku! Aku takut kalian berdua kesepian jadi aku pertemukan kalian. Ibu dan ayah sangat baik walau ibu sedikit cerewet tentang makanan. jadilah anak mereka. Aku sudah menitipkanmu pada orangtuaku. Panggillah mereka ayah dan ibu. Aku juga ada sedikit tabungan untukmu yang aku titipkan pada ibu. Kau juga setelah lulus nanti lakukan apa yang kau mau. Kuliah atau bekerja. Aku hanya meminta sedikit bantuan, Bolehkan? Bantulah aku agar aku tenang dialam sana, dengan cara kau hiduplah bahagia bersama orang - orang yang kau sayangi. Bertemanlah sebanyak mungkin. Terimakasih sudah menemaniku selama ini, terimakasih sudah mencintaiku. Aku sangat bahagia Tenten. Sekarang aku bisa pergi dengan tenang. Aku mencintaimu dan akan slalu begitu. Aku pergi. :)'

Air mata Tenten jatuh bercucuran. Ia sudah tidak tahan ingin menangis. 'kata - kata yang selalu ia ucapkan diakhir saat dia pulang, ternyata kata itupula yang ia katakan saat ia benar - benar pergi dari sisiku. Naruto'.

"Kau tau? Semua ini bukan keinginannya. Dan kecelakaan itu juga bukan keinginannya. Tiga tahun ini dia selalu melindungimu, memperhatikanmu. Sampai akhirnya dia beranikan diri untuk muncul dihadapanmu. Sudahlah jangan menangis. Ayo kita pergi melihatnya"

Tenten yang sedari tadi hanya menangis mengikuti Sasuke menuju sebuah makam.
Makam yang sudah terlihat sepi. Tenten menangis sejadi jadinya dimakam Naruto. Ia tidak tau harus bicara apa dan melakukan apa.

"Dia anak yang baik bukan? Maafkan dia karna tiga tahun lalu. Dulu ia juga masih kelas 3 SMP seumur mu. Dia pergi dari rumah karna aku dan ayahnya bertengkar dan hampir bercerai. Ia mengendarai motornya sangat laju lalu tergelincir ketengah jalan. Orangtuamu juga saat itu berada dijalan yang sama. Ayahmu menghindari Naruto yang tergeletak ditengah jalan dan menabrak keluar jembatan lalu jatuh kedalam sungai" Jelas Kushina. Tenten hanya bisa mendengarkan.

"Ia dulu anak yang sangat nakal, sampai akhirnya ia sadar akan suatu hal. Dia mulai berubah. Aku dan ayahnya juga sampai saat ini masih bersama karena dia. Banyak hal yang ia ubah untuknya atau untuk oranglain. Dia juga berhenti sekolah saat itu. Katanya karna ingin mengawasi dan melindungimu. Ia berubah menjadi anak yang dewasa bukan hanya fisiknya tapi pikiranya juga, jadi kami turuti apa kemauannya." Tenten masih meneteskan airmata.

"Sampai akhirnya penyakit itu datang satu tahun setelah kecelakaan itu. Penyakit itu merenggut nyawanya. Mungkin ini semua balasan dari Tuhan. Kami pikir begitu, tapi Naruto, dia tidak berpikir demikian. Ini semua Takdir bukan balasan atau karma dari Tuhan atas apa yang telah ia lakukan. Begitu katanya.
Tenten, dia sangat menyayangi dan mencintaimu tinggallah bersama kami. Panggil aku ibu aku akan menyayangi mu seperti aku menyayangi Naruto. Dia akan tetap ada dihati kita, percayalah!" Tenten lalu memeluk Kushina.

"Ibuuu..."

Mereka berdua pun menangis disaksikan oleh Sasuke dan Minato.
.
.
Sebulan setelah kepergian Naruto, Tenten menjalani hidupnya dengan sedikit berbeda. Ia sudah tidak menyendiri lagi dan sudah mempunyai teman. Ia juga sudah pindah dan tinggal bersama kedua orangtua Naruto. Dia sangat bahagia dengan orang - orang disekitarnya.

"Ten, duluan yaaah?" Kata Sakura.

"Iyaa, sampai ketemu besok"

"Ten aku juga duluan, biasaa jemputaan" kata Temari juga.

"Hehe oke, jangan lupa bawa buku bahasa jepangku besok!"

"Iyaaa tenang sajaaaa. Daagh".

Semua orang sudah pulang tinggallah Tenten dan Sasuke saja yang berada dikelas.

"Ehm ikut aku yukk!"

"Kemana?"

"Ada deeeeeh" Sasuke menarik tangan Tenten.

"Iih sebentaar"
.
.
Mereka sampai disebuah pantai, pantai yang dulu ia dan Naruto sering kunjungi. Ia ingat saat Naruto pertama kali memeluknya disini, ia ingat saat Naruto berkata ia senang mempunyai teman seperti Tenten dan ingin terus bersamanya.

"Wooii melamun ajaa, ayoo kesini!" ajak
Sasuke. 'dia benar2 mirip Naruto' batin Tenten sambil tersenyum.

"Waaaah indaaaaah" kata Tenten.

"Iya seindah kamu" timpal Sasuke.

"Dasarr! Sejak kapan kau jadi tukang gombal begini?"

"Heheeeee.. Ehm Tenten??"

"Iya Sasuke?"

"Mau jadi pacarku?" Tenten tersenyum dan menoleh ke arah Sasuke.

"Kita jalani saja dulu, lagipula kita tidak tau kan kedepannya bagaimana. Jadi tetaplah seperti ini. Disisiku!"

"Baiklah kalau begitu. Berarti aku anggap jawabanmu iya" Mereka berduapun saling pandang dan tertawa lalu memandang lautan biru yang indah nan mempesona.

'Naruto aku akan jalani hidupku sebahagia mungkin, mencintai dan dicintai aku akan hargai itu. Kita tidak tau bagaimana masa depan kita nanti kan? Jadi aku hanya ingin menjalani masa depan yang bahagia bersama siapapun itu. Mungkin dengan laki - laki yang berada disampingku ini aku juga tidak tau. Yang aku tau aku sangat bahagia sekarang.
I Love you and I always remember you. Thank you, Naruto'.
TheEnd


Bonus. Pic from google

Rabu, 13 Januari 2016

My Love Is Gone

*chapter 4*
Mereka pergi menggunakan motor menuju ke sebuah pantai, pantai yang sangat indah. "Apa kau pernah kesini?" Tanya Naruto. "Tidak. Sama sekali aku tidak pernah kesini sebelumnya. Indah sekalii" "Apa kau ini anak rumahan? Kesini saja tidak pernah" "Bukan begitu. Aku tidak ada waktu untuk jalan2 atau bersantai sepertimu" "Kesinilah jika kau ada waktu. Walau sendiri tidak masalah asal kau ada waktu untuk kesini" "Haruskah?" "Tentu saja harus. Karna disini tempat kau bisa mengeluarkan keluh kesah dan kesedihanmu. Ayo kesini ikut aku!" ajak Naruto. Mereka menuju sebuah batu yang sangat besar. "Wooow bagaimana bsa kau menemukan tempat sebagus ini, kita bsa melihat semuanya dari sini" "Apa kau senang?" "Emm aku sangat senang sekalii" 'bagus, teruslah tersenyum seperti itu senyum yang akan aku rindukan nanti' kata Naruto dalam hati. Merekapun bersenang senang, bercanda dan tertawa bersama sampai petang. Dirumah Tenten. "Terimakasih untuk hari ini" kata Tenten dengan tersenyum. "Sama2 aku senang melihat mu bahagia seperti ini, teruslah tersenyum oke? Aku pergi" "Sampai jumpa besok yaaa?" Teriak Tenten! Naruto tiba dirumah. Ia mengenali sebuah motor yang terparkir didepan rumahnya "Hey apa kau sudah lama?" "Lebih lama dari yang kau bayangkan" Mereka berdua tertawa bersama. Naruto menghampiri pemuda yang sudah menunggunya itu. "Ayo masuk" ajak Naruto. Didalam kamar, "Apa kau tadi menemuinya?" "Iya, aku membawanya kepantai itu" "Pasti menyenangkan ya?" "Tentu saja, lain kali kita akan pergi bersama. Akan aku kenalkan kau sebagai sahabatku. Dia kan juga temanmu" "Baiklah, terserah kau saja" jawab pemuda yang adalah Sasuke itu. "Sas.." "Hmm" "Aku ingin memberitahunya" "Apa kau yakin? Sebaiknya jangan, apa kau tau? Aku rasa dia menyukaimu" "Ba..bagaimana bisa dia menyukaiku?" "Dia selalu memandang keluar jendela. Dia seperti tidak sabar menunggu jam pulang sekolah, dan kau tahu? Dia berlari paling depan saat bel pulang telah berbunyi, padahal sebelum ia mengenalmu dia selalu pulang belakangan" "Benarkah seperti itu?" "Jika kau bilang padanya sekarang, kau akan tambah menghancurkan lagi hatinya" "Aku hanya takut, aku takut tidak sempat memberitahunya. Aku takut jika aku pergi nanti aku tidak tenang" "Terserah kau saja lah. Aku tau kau akan sembuh! Dan kau akan hidup bahagia bersama Tenten! Aku pergi dulu!" Sasuke pun pergi meninggalkan Naruto yang bingung dan gelisah itu. Hari2 pun berlalu. Tenten dan Naruto semakin dekat. Dekat sebagai teman. Tapi lebih dari itu keduanya diam2 mencintai satu sama lain. Dibelakang sekolah, "Hey, aku ingin berbicara sesuatu kepadamu" Kata Naruto. "Apa itu?" "Aku akan beritahu namaku" kata Naruto. "Benarkah? Kalau begitu aku juga" Kata Tenten sambil tersenyum bahagia. "Tidak usah, karna aku sudah tau namamu Tenten" Tenten kaget dan langsung bertanya. "Ba..Bagaimana kau tau namaku?" "Sebenarnya namaku adalah Naruto.." "Naruto?" "Apa kau tidak ingat?" "Tunggu! Ka..kau a..anak ituu??? Anak yang 3 tahun lalu...???" "Iya Tenten. Aku dia! Maafkan aku, maafkan aku selama ini, selama 3 tahun ini aku bersembunyi darimu. Sembunyi dari kenyataan bahwa akulah yang menyebabkan kedua orangtua mu meninggal!!" "Hentikaaaannn!!!" Teriak Tenten tidak mau mendengar. "Kau bohong kan? Kau bukan anak itu! Kalau kau anak itu kenapa kau sekarang datang padaku?" Tanya Tenten sambil menangis. "Aku merasa bersalah padamu, aku tidak tahan melihatmu setelah 3 tahun lalu selalu menyendiri dan tidak ingin berteman dengan siapapun karna aku! Selama 3 tahun ini aku diam2 mengawasimu" "Aku bahkan tidak mau tau lagi dengan masalaluku! Aku sudah cukup menderita selama ini, kenapa kau beritahu aku sekarang??" Sambil menangis dan memukul mukul dada Naruto. "Maafkan aku Tenten" Tenten pun menangis dan merutuk Naruto. "Aku membenci mu!!!! Kau tau? Selama ini aku menyukaimu! Aku kira kita sama, jadi aku tidak peduli siapa namamu dan kau tinggal dimana!! Tapi sekarang hati ku sangat hancur, hancur dari sebelumnya!! Ka kau.." Plakk!!! Ayunan tangan Tenten menghampiri pipi Naruto. Sungguh! Kenyataan itu terlalu sakit untuk Tenten terima. Ia pergi dan Naruto tidak menghentikannya. Naruto menundukkan kepalanya setelah melihat Tenten hilang dari pandangannya. Dua hari setelah kejadian itu, Tenten tidak datang lagi ke belakang sekolah. Padahal ada seseorang menunggunya disana dia adalah Naruto. Naruto dengan wajah pucatnya menanti dan terus menanti. Tapi, Tenten tidak pernah datang lagi. Seminggupun berlalu. Tenten tetap seperti biasanya duduk dan terus saja melamun melihat keluar jendela kelasnya. Matanya tertuju pada sosok yang ia kenali sosok itu adalah Naruto. Naruto melambaikan tangan ke arahnya dan tersenyum lebar. Tenten membuang muka, walau dalam hatinya ia ingin terus melihat Naruto. Ketika ia mencuri curi pandang lagi keluar jendela Naruto sudah tidak ada 'kemana dia?' Matanya mencari cari sosok Naruto yang ia cintai tersebut. "Tenten! Duduklah! Kau aneh sekali." Kata bu Tsunade. "Hari ini kita ada berita duka.." Bu Tsunade melanjutkan, "Kepala sekolah tepatnya tadi malam telah kehilangan anak semata wayangnya Nayira Elruto. Kita berdoa semoga anak beliau diterima disisi Tuhan yang maha esa, berdoa mulai" Tenten yang tidak tau bahwa nama lengkap Naruto adalah Nayira Elruto dan dia adalah anak dari kepala sekolah pun hanya ikut mendoakan saja dan tidak tau apa2. Dia sadar Sasuke yang duduk disampingnya pun tidak masuk sekolah hari ini. 'Ada sesuatu yang mengganjal, mengapa perasaan ku tidak enak hari ini'. Sekolah dipulangkan lebih cepat. Tenten berjalan menyusuri halaman sekolah ia berhenti sebentar berbelok ke arah belakang sekolah. Ia tidak tau berharap bertemu Naruto atau tidak tapi yang jelas ia tidak ragu untuk pergi kesana. Ia memandang kursi yang selalu ia duduki bersama Naruto. Ia mulai menghampiri kursi itu dan duduk sendiri. Satu jam dua jam disana ia masih tidak beranjak. Tiba2 ada suara mengagetkan lamunannya memanggil. "TENTEN!!".. *To Be Continued*

Bonus. Pic from google

My Love Is Gone

*chapter 3*
'..apa dia punya masalalu yang sama denganku' batin Tenten. "Ayoo pulang!" 'secepat ini?' Batin Tenten lagi. "Ba..baiklah kalau begitu" dengan raut muka yang terlihat sedih. Tenten pun bangkit berdiri dan mulai berjalan, begitupun pemuda itu bangkit berdiri dan berjalan mengikuti Tenten. Tenten menoleh. "Apa yang kau lakukan? Mengikutiku?" "Aku ingin mengantarmu pulang" "A..apa? Tidak boleeeeh" "Kenapa tidak boleh?" "Pokoknya tidak boleeh" "Aku akan mengantarmu" Pemuda itu lalu merangkul tangan Tenten dan menariknya. Tenten yang bingung dan tidak tau harus berkata apalagi pasrah karna baru pertama kali setelah 3 tahun berlalu ada yang berani menyentuh tangannya. Tiba didepan rumah Tenten. "Ini rumahku, kau pulanglah!" "Tidak mau. Aku ingin masuk" Pemuda itu mengambil kunci dari tangan Tenten lalu membuka pintu dan masuk. Tenten hanya tertegun dan segera masuk mengikuti pemuda itu. Tanpa ragu pemuda itu duduk disebuah sofa ruang tamu. Tenten yang langsung menuju dapur bukannya membuatkan minuman malah mengambil sebuah wajan kecil dan menaruh dibelakangnya. Ia takut hal yang buruk akan terjadi karna dia sadar bahwa pemuda itu seorang laki - laki yang baru saja dia temui seminggu ini. Beberapa menit berlalu tidak ada tanda2 kejahatan yang terpikir dalam benak Tenten. Pemuda itu hanya duduk dan menonton film sekali sekali memandang ke arah Tenten. Tidak beberapa lama pemuda itu terlelap dan tidur disofa 'aku harus membangunkannya' pikir Tenten. Tenten mendekat hendak membangunkan. Tangannya menyentuh bahu pemuda itu tapi tiba2 hatinya tersentuh untuk tidak membangunkan pemuda itu. "Sepertinya dia kelelahan, baiklah nanti saja aku bangunkan" Tenten lalu menuju dapur. Aroma makanan dari arah dapur membangunkan si pemuda, ia sadar bahwa ia sudah terlalu lama tidur. Dan langsung mencari Tenten "Hey aku pulang dulu ya?" "Eh tunggu! Kau harus makan dulu" "Tidak usah, aku kan sudah makan makananmu tadi" "ta..tapii.." "Aku pergi, maaf merepotkan mu. Dan terimakasih atas makanannya tadi. Daah" Pintu pun tertutup 'dia bahkan pergi begitu saja tanpa berkata ingin menemuiku lagi? Apa besok kami akan bertemu lagii..' Kata Cinta dalam hati. . . Tiba disebuah rumah mewah pemuda itu lalu masuk. Ia membuka pintu dan langsung menuju kekamarnya, kamar yang cukup besar. Ia membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur dan memejamkan matanya tiba2 ia teringat bagaimana ia bertemu Tenten seminggu yang lalu. "Awaaaaasss.." Bukkkkk "Kau tidak apa apa" Tenten yang masih syock hanya terdiam dan tidak menjawab "Ayo aku bantu berdiri. Bagaimana bisa kau tidak melihat motor itu melaju kearah mu" Tenten berdiri dibantu oleh pemuda itu. "Ka..kau terluka" kata Tenten pada pemuda itu. "Oh ini? Tidak apa apa hanya luka kecil" "Ini. Ambillah!" Tenten mengeluarkan sebuah plaster dan menyodorkannya ke pemuda itu. "Bukankah kau harus memasangkannya untukku?" "A..apa? Aah Ba..baiklah" Tenten dan pemuda itu pun menyingkir dari jalan dan duduk disebuah kursi yang terletak dipinggir. Tenten lalu memasangkannya pada lengan pemuda itu. "Lain kali kau harus hati2 lagi, aku pergi" pemuda itu berjalan meninggalkan Tenten. "Te..terimakasih" ucapnya. Pemuda itu berhenti tanpa menoleh ke arah Tenten dan hanya mengankat tangan kanannya dan memberi tanda jempol atau istilah lainnya 'oke' pada Tenten. Dua hari kemudian dibelakang sekolah. "Hey, kau? Apa kau ingat aku" "Bukankah kau orang yang menolongku waktu itu?" "Ternyata ingatanmu masih bagus ya?" "Apa yang kau lakukan disini?". "Aku hanya lewat dan melihat orang yang sepertinya aku kenal dan menyapanya" "Apa maksud mu itu aku?" "Lalu siapa lagii?"Pemuda itu duduk disebelah Tenten. "Terimakasih" "Lagi? Hari itu kan kau sudah berterimakasih. Hmm kalau kau ingin berterimakasih kemarilah besok dan bawakan aku makanan" "A..apa?" "Jika kau benar2 kemari aku akan menerima terimakasihmu itu, aku pergi" Pemuda itupun langsung pergi dan meninggalkan Tenten lagi. "Ingatt! Kemarilah besokk dan bawakan aku makanan!". 'Dia terlihat pucat apakah dia sakit karna menolongku hari itu? Aku berjanji akan membawakan makanan, kau tunggu saja'. Begitulah seterusnya sampai mereka terus bertemu hingga hari ini. Tok tok.. "Sayaaang apa kau sudah pulang? Ibu masuk yaa?" Wanita yang adalah ibunya itu membuyarkan pikiran si pemuda, "Masuklah ibu" "Kau pasti kelelahan, jangan terlalu sering berada diluar oke?" Sambil menaruh roti, susu dan sebuah obat. "Ayo makan dulu obatmu sayang" pemuda itu pun duduk dan meminum obat dan susunya. "Ibuu.." Pemuda itu memeluk ibunya. Mata ibunya berkaca kaca sambil menahan agar ia tidak menangis. "Ada apa sayang?" "Aku hanya ingin memelukmu erat ibu, aku merindukan ibu" Pemuda itu memeluk ibunya erat. "Sayaang.." Ibunya tidak bisa membendung lagi air matanya dan akhirnya meneteskan air mata. "Apa ibu menangis?" Pemuda itu melepaskan pelukannya dan mengusap airmata ibunya. "Ibu jangan menangis. Lihatlah keriput ibu nanti bertambah" kata pemuda itu sambil mencandainya. Ibunya pun tertawa. "Oya ibu aku tadi menemui gadis itu" "Apa? Kenapa kau menemuinyaa?? Aku kira kau hanya mengawasinya saja!" "Aku tidak tahan lagi bu melihat dia selalu sendiri tanpa tersenyum, setidaknya jika aku menemuinya dia bisa kembali tertawa dan tersenyum" "tapii.." "Sudahlah ibu aku tidak apa apa. Kau jangan khawatir begitu" kata pemuda itu sambil terseyum. "Baiklah jika itu keinginanmu, tapi ingat kau tidak boleh terlalu kelelahan mengerti?" "Iya ibu" Ibunya pun pergi meninggalkan kamar pemuda itu. Pemuda itu kembali berbaring dan terlelap tanpa mandi. . . "Selamat pagi ayah, ibu" "Pagi sayaang" jawab ibu dan ayahnya. "Oya Naruto apa kau nanti ikut ayahmu lagi?" "Tentu saja ibu aku harus ikut" Kata pemuda yang ternyata bernama Naruto itu. "Sayang sudahlah jangan khawatir kan ada aku yang menjaganya disana" kata Minato pada istrinya, Kushina. "Benar bu, ayahkan sangat perhatian padaku lebih dari perhatiannya pada ibu" semua pun tertawa. "Kau ini bisa saja. Baiklah! Tapi ingat jangan terlalu lelah oke? Sekarang makanlah sarapanmu dan jangan lupa minum obat". "Kami berangkat ya bu? Tunggulah dirumah, ayah tidak akan lama kok" canda Naruto. Kushina hanya tersenyum. "Hati hatiii.." . . Sampailah mereka didepan sebuah gedung sekolah, Naruto dan Minato pun masuk menuju ruang kepala sekolah. Mereka berdua datang terlalu pagi sehingga belum ada seorang pun selain mereka berdua. Tenten duduk didalam kelas sambil menunggu bel masuk berbunyi. "Teman2 apa kalian tidak melihat kepala sekolah tadi pagi membawa seseorang?" "Siapa? Kau tau kan kepala sekolah itu datang terlalu pagi setiap hari jadi mana kami tau" "Sepertinya dia membawa siswa baru. Aku melihatnya tadi pagi ketika aku datang untuk piket bersih2" "Siapa dia? Laki2 atau perempuan?" "Laki2. Dia lumayan tampan. Sepertinya sebaya dengan kita. Tapi dia tidak memakai seragam" "Mungkinkah dia anak kepala sekolah?" "Heeeeyyyy apa kalian bergosip lagi? Bel sudah berbunyi dari tadi" bu Tsunade membubarkan anak2 yang berkerumunan tadi. Tenten cuek dan tidak peduli padahal dia juga mendengar kisah mereka tadi. Tiba2 ada siswi yang berani bertanya. "Bu Tsunade, pemuda yang masuk bersama kepala sekolah tadi siapa?" "Kenapa? Apa kalian para siswi wanita ingin berkenalan dengannya" "Hhuuuuuuuuu" para siswa laki2 berseru. "Dia itu adalah anak kepala sekolah. Untuk apa dia disini ibu juga tidak tau, yang jelas dia tampan kan?" Canda bu Tsunade. "Hhuuuuuuuu" semua berseru. Sasuke yang sedari tadi diam melihat ke arah Tenten. Tenten pun tidak peduli akan kegaduhan yang terjadi dikelasnya ia menatap keluar jendela ingin segera jam sekolah berakhir. "Lalu namanya siapa bu?" "Masalah nama Ibu tidak bisa memberi tahu. Sekarang kita selesaikan pelajaran yang kemarin!" Jam sekolah pun berakhir. Tenten buru2 kebelakang sekolah untuk menemui seseorang. Benar saja sudah ada yang menunggunya disana. Tenten duduk disamping Naruto. Ia mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya. "Apa ini untukku?" Tanya Naruto. "Menurutmu? Ini ambillah" "Waah sepertinya enak. Tapi, sayang sekali aku sudah makan" "Ya sudah kembalikan!" "Jangan begitu. Aku akan bawa ini kerumah" 15 menit berlalu tiba2 Naruto merebahkan kepalanya dibahu Tenten. Wajah Tenten merona merah, dadanya terasa mau meledak. 'Apa ini artinya aku jatuh cinta' dalam hatinya. Naruto memejamkan matanya. Angin berhembus. Ia merasa ingin terus seperti ini. Tapi ia sadar akan suatu hal, ia lalu meluruskan kembali kepalanya. "Ayo ikut aku" "Kemana?" Tanya Tenten. Naruto diam sambil memegang tangan Tenten dan membawanya kesuatu tempat. *To Be Continued*

Bonus. Pic from google

Selasa, 12 Januari 2016

My Love Is Gone

*chapter 2*
Tenten tiba dikelas. Ia lalu menuju sebuah kursi paling belakang dan duduk disana. Tiba - tiba ada yang menghampirinya. "Hey penyendiri!" "A..Apa?" "Pinjamkan aku buku mu!" "Ta..tapii" "Cepat berikan!!" bentak pemuda itu. "Ba baik!". Tenten mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya, ia berniat memberikan buku itu tapi terhalang oleh sebuah tangan. "Jangan mengganggunya!" Kata pemuda tampan berkulit putih berambut raven. "Apa hakmu melarangku?" Bentak pemuda yang sedikit terlihat seperti preman. Tenten hanya menundukkan kepala. "Aku tidak suka jika ada pria membentak wanita!" Lantang si pria tampan. "Apa kau mau matii yaa?" Baru saja pemuda seperti preman itu ingin melayangkan tinjunya seorang wanita datang dan menghentikan. "Kalian berdua! Diamlah! Jangan ribut disini atau aku laporkan kalian kepada wali kelasss!!" "Ada apa ini ribut - ribut?" Wali kelas muncul. Tenten yang tidak tahan akan keramaian memilih untuk langsung pergi, ia berlari kesebuah tempat yang tidak lain adalah belakang sekolah. Mukanya pucat pasi, ia memilih untuk disana sampai pelajaran dikelas selesai. Beberapa menit disana seorang siswi wanita yang tadi menghentikan perkelahian menyusul dan memanggilnya. "Hey Tenten, kau dipanggil kekantor untuk menghadap wali kelas" "A..apa? Ba..baiklah aku kesana" Tenten lalu menyusul Sakura yang adalah ketua kelasnya itu menuju kantor. Tenten tidak tahu bahwa ada yang diam - diam memperhatikannya dibalik pohon 'ada apa yaa, dia terlihat ketakutan' batinnya. Pemuda itu lalu duduk dikursi yang Tenten duduki tadi. "Baik! Jadi semua sudah berkumpul. Sakura jelaskan apa yang terjadi!". "Baik bu, jadi begini saya tadi baru datang dari toilet melihat Kiba memegang kerah baju Sasuke bu hendak memukulnya lalu saya hentikan dan saya tidak tau apa penyebabnya. Lalu kata teman - teman penyebabnya adalah Tenten" Tenten tertunduk takut, takut - takut kalau ia yang akan disalahkan. "Tenten! Apa benar?" "Sa..saya tidak tau bu" "Penyebabnya bukan dia!" Kata Sasuke membela. "Lalu?" Tanya ibu Tsunade. "Penyebabnya adalah saya, saya ingin menghentikan Kiba meminjam buku Tenten bu" "Betul sekali bu! Dia penyebabnya, dia datang - datang langsung memarahi saya yang ingin meminjam buku Tenten, apa haknya melarang saya?" "Diamlah Kiba! Kau juga salah karna ingin memakai kekerasan didalam kelas. Lalu kenapa kau malah meminjam buku mereka? Apa kau biasanya tidak mencatat!" Kiba tertunduk malu. "Oke jadi itu alasannya, kalian kembalilah kekelas dan jangan berkelahi lagi. Jika sampai terulang kalian akan langsung keruang kepala sekolah dan kepala sekolah akan memberi sanksi pada kalian, mengerti???" "Mengerti buu.." Mereka akhirnya keluar dari ruang guru dan menuju kelas. Tenten lalu menghentikan langkah Sasuke. "Sa..Sasuke!" "Ada apa?" "Terimakasih" "Hmmm sama - sama. Akuu... Eh!" Tanpa sempat meneruskan kata - katanya, Tenten sudah pergi begitu saja. . . Sepulang sekolah. 'Aku harus cepat' tumben sekali Tenten saat itu mendahului teman - teman sekelasnya yang lain sampai menimbulkan keheranan. Sesampai dibelakang sekolah 'dimana dia? Katanya ingin bertemu' sedikit kekecewaan yang dirasakan Tenten. Ia pun duduk sendiri dikursi itu menunggu dan menunggu beberapa menit berlalu. "Heeaaaaaaaaaa..!!" Pemuda itu kembali mengagetkannya tapi dengen mengacak acak rambut Tenten. "Hentikan bodohh!" "Apa kau sudah lama? Dimana makananku?" "Kau selalu menanyakan makanan! Jadi benar ya kau ini tidak diberi orangtua mu makan!" Pemuda itu lalu melahap makanannya beberapa sendok. "Apa kau yang memasaknya?" "A..apa? Tentu saja" "Tidak enakk" "Apaaaa? Lalu kenapa kau lahap sekali memakannya?" "Itu karna aku lapar" Tenten langsung cemberut. "Kau jelek sekali dengan ekspresi seperti itu, tunjukan senyuman itu lagi padaku. Ayoolah!" "Tidak akan!!" "Waah aku kecewa sekalii" "Oya ngomong - ngomong siapa namamu?" "Kau penasaran yaaaaa? Apa kau menyukaiku?" "Bukaaaan, aku hanya bertanya. Bagaimana bisa kita berteman tapi tidak saling tau nama masing - masing?" 'apa? Teman? Aku salah bicara lagii' batin Tenten. "Apa kau menganggapku sebagai temanmu?" "Bu..bukan begituu, a..akuu aku hanyaa tidak taulah, aku juga bingung" "Hahaa tidak usah saling tau lah, jika kau ingin berteman denganku berteman saja. Aku siap menjadi temanmu" "Ba..baiklah, lalu apa kau ini orang baik?" Tanya Tenten dengan wajah polos. "Tentu sajaaaaa. Jika aku orang jahat aku akan membawa dan menculikmu tau! Dan kau tau apa yang akan aku lakukan setelah itu kan?" "Dasar mesum! Bukan itu maksudku. Oya kau sepertinya seumuran denganku apa kau tidak sekolah, setiap pulang sekolah saja kau selalu ada disini tanpa memakai baju sekolah" "Tidak. Aku sudah lulus" "Benarkah? Jadi begituu?" "Apa kau tidak percaya?" "Tidak - tidak, aku percaya kok" "Lalu apa kau mau menerimaku sebagai temanmu?" 'Kenapa dia tidak bertanya tentangku malah bertanya itu sih!' "I..iya aku menerimamu sebagai temanku" "Kenapa?" "Karnaaa aku rasa kau cocok denganku, aku nyaman bersamamu. Lagipula aku selalu banyak bicara jika bersamamu. Selama ini aku tidak punya teman" "jadi aku teman pertamamu?" "Begitulah, aku tidak pernah begini semenjak.." "Hentikan! Aku tidak bertanya sampai sejauh itu. Jangan ceritakan!" 'A..ada apa dengannya, apa diaa....' *To Be Continued*

Bonus. Pic. from google

Minggu, 10 Januari 2016

My Love Is Gone

*chapter 1*
Tenten. Berlari kecil menyusuri halaman sekolah membawa sekotak bekal dan air mineral. Ia menuju ke suatu tempat tepatnya dibelakang sekolah. Ia berjanji akan menemui seseorang disana. "Lama sekali", dengan terengah - engah Tenten menjawab. "Maaf, kami ada tambahan soal tadi yang harus dikerjakan" sambil menghampiri seorang pemuda sebaya dengannya. "Ini! makanlah!" "Bagaimana denganmu?" Tanya pemuda itu. "Aku tidak lapar, aku tahu kau mengajakku bertemu karna ingin aku bawakan makanan untukmu kan?" "Ba.. Bagaimana bisa kau bicara seperti itu? Aku kesini karna aku rindu padamu" "kau? Rindu padaku? Bagaimana bisa kau rindu padaku? Kitakan baru kenal seminggu yang lalu, terlebih lagi kau tidak mau mengatakan siapa namamu atau kau tinggl dimana. Dan bodohnya aku kenapa mau menemuimu!" Jelas Tenten dengan raut muka marah. "Itu berarti kau rindu juga padaku" jawab pemuda itu. "Apa? Tidak mungkin! Lagipula aku kasian padamu, kau slalu terlihat pucat makanya aku kesini untuk membawakan makanan, siapa tahu saja orangtuamu tidak memberimu makan" sindir Tenten. "Sudah diamlah, ayo kita makan bersama" "Aku harus kembali sekarang, kau makanlah! Jika sudah selesai pulanglah dan tinggalkan kotak itu disini oke? Aku pergi yah?" Tenten pun meninggalkan pemuda itu sendirian dan pemuda itu hanya terbengong melihat kepergiannya, seperti memikirkan sesuatu, sesuatu yang mengganjal dihatinya. "Sepertinyaaa......" . Jam sekolah pun berakhir. Seperti biasa, Tenten yang selalu sendirian pulang belakangan. Entah kenapa ia merasa terbiasa dengan kesendiriannya itu, tidak punya punya teman ataupun lawan. Ia berjalan menyusuri halaman dan pergi kebelakang sekolah untuk mengambil kotak makanannya. Tiba disana ia duduk sebentar disebuah kursi, kursi yang selalu menemaninya saat pulang sekolah begini. Tiba2 ada yang mengagetkannya dari belakang, pemuda itu menaruh tangannya dipundak Tenten. "Heeyyyy!!" Sontak Tenten pun kaget dan langsung menengok kebelakang. "Kau lagi??" "Iya ini aku" pemuda itupun duduk disamping Tenten. "Kenapa kau tidak lngsung pulang?" Tanya pemuda itu. "Tidak ah, aku cuma ingin bersantai disini sebentar" "Aku selalu melihatmu disini setiap kau pulang sekolah" "apa? Apa kau slalu mengintipku?" "A.. Aku hanya kebetulan lewat dan tidak sengaja melihatmu disini" dengan gugup pemuda itu menjawab. "Dasar pembohong! Kau saja terlihat gugup begitu" kata Tenten dgn wajah tersenyum. Baru kali ini Tenten tersenyum lagi setelah sekian lama senyum itu hilang dari hidupnya dan dia menyadari itu 'kenapa aku tersenyum' batin Tenten. Tenten pun buru - buru menutupi senyumannya itu dan mengalihkan pandangan sambil menutupi wajahnya dari pemuda itu. "Kau terlihat cantik ketika tersenyum". Wajah Tenten berubah merah 'apa dy melihatnya'. Tentenpun berdiri dan memarahi pemuda itu. "Pulang sana! Aku tidak ingin bertemu kau lagi". Dengan tingkah lucu dan aneh Tenten pun pergi. Pemuda itu pun tertawa dan berteriak. "Besok kita bertemu disini lagii yaaa? Aku tungguuuuu. Dan jangan lupa bawa makananmuu!!" Tenten yang saat itu pura - pura tidak mendengar menutup telinganya dan berlari pulang. 'Dia lucu...' Lalu pemuda itupun juga pergi. . . Tenten membuka pintu rumah yang terkunci. Rumah itu tidak terlalu besar tapi cukup indah, hanya ada dua kamar tidur, ruang tamu, dapur, garasi, kamar mandi dan toilet. Rumah yang selalu terlihat rapi untuk seorang Tenten! Rumah yang menyimpan kenangan pahit dan manisnya, rumah peninggalan orangtuanya. Ya! Tiga tahun lalu Tenten telah ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Orangtuanya mengalami kecelakaan saat pulang dinas dari luar kota dan meninggal. Dulu ia hidup berkecukupan dan tidak terlalu mewah karna memang keluarganya mementingkan kesederhanaan dan kebahagiaan. Dulu Tenten sangat bahagia dengan kedua orangtuanya walau mereka tidak punya sanak saudara yang lain ditempat mereka tapi mereka tetap bahagia. Tapi akhirnya Tenten ditinggalkan oleh kedua orangtuanya dan lebih parahnya lagi ia juga ditinggalkan oleh orang yang sangat ia cintai dan sangat ia butuhkan saat itu. Itu alasan mengapa Tenten selalu menyendiri dan tidak pernah tersenyum lagi seperti dulu. Sekarang ia hidup hanya dari beasiswa dan uang pensiun ayahnya, hidup dengan kesedihan dan kesendiriannya. Sampai akhirnya pemuda yang ia tidak tau namanya itu datang memberi warna baru bagi hidupnya. Tenten duduk disebuah kursi belajarnya memikirkan apa yang terjadi padanya saat pulang sekolah tadi, terselip sebuah senyum dibibir dan rona merah diwajahnya. Ia memikirkan 'mengapa tadi aku tersenyum' 'dia bilang aku cantik' 'akhir - akhir ini kenapa bertemu dia aku jadi banyak bicara' pertanyaan - pertanyaan itu muncul dibenaknya. Dan dia sadar besok pemuda itu ingin menemuinya, tiba - tiba saja dia pergi menuju dapur dan mengisi kotak bekalnya. *To Be Continued*

Bonus. Pic from google