Minggu, 10 Januari 2016

My Love Is Gone

*chapter 1*
Tenten. Berlari kecil menyusuri halaman sekolah membawa sekotak bekal dan air mineral. Ia menuju ke suatu tempat tepatnya dibelakang sekolah. Ia berjanji akan menemui seseorang disana. "Lama sekali", dengan terengah - engah Tenten menjawab. "Maaf, kami ada tambahan soal tadi yang harus dikerjakan" sambil menghampiri seorang pemuda sebaya dengannya. "Ini! makanlah!" "Bagaimana denganmu?" Tanya pemuda itu. "Aku tidak lapar, aku tahu kau mengajakku bertemu karna ingin aku bawakan makanan untukmu kan?" "Ba.. Bagaimana bisa kau bicara seperti itu? Aku kesini karna aku rindu padamu" "kau? Rindu padaku? Bagaimana bisa kau rindu padaku? Kitakan baru kenal seminggu yang lalu, terlebih lagi kau tidak mau mengatakan siapa namamu atau kau tinggl dimana. Dan bodohnya aku kenapa mau menemuimu!" Jelas Tenten dengan raut muka marah. "Itu berarti kau rindu juga padaku" jawab pemuda itu. "Apa? Tidak mungkin! Lagipula aku kasian padamu, kau slalu terlihat pucat makanya aku kesini untuk membawakan makanan, siapa tahu saja orangtuamu tidak memberimu makan" sindir Tenten. "Sudah diamlah, ayo kita makan bersama" "Aku harus kembali sekarang, kau makanlah! Jika sudah selesai pulanglah dan tinggalkan kotak itu disini oke? Aku pergi yah?" Tenten pun meninggalkan pemuda itu sendirian dan pemuda itu hanya terbengong melihat kepergiannya, seperti memikirkan sesuatu, sesuatu yang mengganjal dihatinya. "Sepertinyaaa......" . Jam sekolah pun berakhir. Seperti biasa, Tenten yang selalu sendirian pulang belakangan. Entah kenapa ia merasa terbiasa dengan kesendiriannya itu, tidak punya punya teman ataupun lawan. Ia berjalan menyusuri halaman dan pergi kebelakang sekolah untuk mengambil kotak makanannya. Tiba disana ia duduk sebentar disebuah kursi, kursi yang selalu menemaninya saat pulang sekolah begini. Tiba2 ada yang mengagetkannya dari belakang, pemuda itu menaruh tangannya dipundak Tenten. "Heeyyyy!!" Sontak Tenten pun kaget dan langsung menengok kebelakang. "Kau lagi??" "Iya ini aku" pemuda itupun duduk disamping Tenten. "Kenapa kau tidak lngsung pulang?" Tanya pemuda itu. "Tidak ah, aku cuma ingin bersantai disini sebentar" "Aku selalu melihatmu disini setiap kau pulang sekolah" "apa? Apa kau slalu mengintipku?" "A.. Aku hanya kebetulan lewat dan tidak sengaja melihatmu disini" dengan gugup pemuda itu menjawab. "Dasar pembohong! Kau saja terlihat gugup begitu" kata Tenten dgn wajah tersenyum. Baru kali ini Tenten tersenyum lagi setelah sekian lama senyum itu hilang dari hidupnya dan dia menyadari itu 'kenapa aku tersenyum' batin Tenten. Tenten pun buru - buru menutupi senyumannya itu dan mengalihkan pandangan sambil menutupi wajahnya dari pemuda itu. "Kau terlihat cantik ketika tersenyum". Wajah Tenten berubah merah 'apa dy melihatnya'. Tentenpun berdiri dan memarahi pemuda itu. "Pulang sana! Aku tidak ingin bertemu kau lagi". Dengan tingkah lucu dan aneh Tenten pun pergi. Pemuda itu pun tertawa dan berteriak. "Besok kita bertemu disini lagii yaaa? Aku tungguuuuu. Dan jangan lupa bawa makananmuu!!" Tenten yang saat itu pura - pura tidak mendengar menutup telinganya dan berlari pulang. 'Dia lucu...' Lalu pemuda itupun juga pergi. . . Tenten membuka pintu rumah yang terkunci. Rumah itu tidak terlalu besar tapi cukup indah, hanya ada dua kamar tidur, ruang tamu, dapur, garasi, kamar mandi dan toilet. Rumah yang selalu terlihat rapi untuk seorang Tenten! Rumah yang menyimpan kenangan pahit dan manisnya, rumah peninggalan orangtuanya. Ya! Tiga tahun lalu Tenten telah ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Orangtuanya mengalami kecelakaan saat pulang dinas dari luar kota dan meninggal. Dulu ia hidup berkecukupan dan tidak terlalu mewah karna memang keluarganya mementingkan kesederhanaan dan kebahagiaan. Dulu Tenten sangat bahagia dengan kedua orangtuanya walau mereka tidak punya sanak saudara yang lain ditempat mereka tapi mereka tetap bahagia. Tapi akhirnya Tenten ditinggalkan oleh kedua orangtuanya dan lebih parahnya lagi ia juga ditinggalkan oleh orang yang sangat ia cintai dan sangat ia butuhkan saat itu. Itu alasan mengapa Tenten selalu menyendiri dan tidak pernah tersenyum lagi seperti dulu. Sekarang ia hidup hanya dari beasiswa dan uang pensiun ayahnya, hidup dengan kesedihan dan kesendiriannya. Sampai akhirnya pemuda yang ia tidak tau namanya itu datang memberi warna baru bagi hidupnya. Tenten duduk disebuah kursi belajarnya memikirkan apa yang terjadi padanya saat pulang sekolah tadi, terselip sebuah senyum dibibir dan rona merah diwajahnya. Ia memikirkan 'mengapa tadi aku tersenyum' 'dia bilang aku cantik' 'akhir - akhir ini kenapa bertemu dia aku jadi banyak bicara' pertanyaan - pertanyaan itu muncul dibenaknya. Dan dia sadar besok pemuda itu ingin menemuinya, tiba - tiba saja dia pergi menuju dapur dan mengisi kotak bekalnya. *To Be Continued*

Bonus. Pic from google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar