Selasa, 12 Januari 2016

My Love Is Gone

*chapter 2*
Tenten tiba dikelas. Ia lalu menuju sebuah kursi paling belakang dan duduk disana. Tiba - tiba ada yang menghampirinya. "Hey penyendiri!" "A..Apa?" "Pinjamkan aku buku mu!" "Ta..tapii" "Cepat berikan!!" bentak pemuda itu. "Ba baik!". Tenten mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya, ia berniat memberikan buku itu tapi terhalang oleh sebuah tangan. "Jangan mengganggunya!" Kata pemuda tampan berkulit putih berambut raven. "Apa hakmu melarangku?" Bentak pemuda yang sedikit terlihat seperti preman. Tenten hanya menundukkan kepala. "Aku tidak suka jika ada pria membentak wanita!" Lantang si pria tampan. "Apa kau mau matii yaa?" Baru saja pemuda seperti preman itu ingin melayangkan tinjunya seorang wanita datang dan menghentikan. "Kalian berdua! Diamlah! Jangan ribut disini atau aku laporkan kalian kepada wali kelasss!!" "Ada apa ini ribut - ribut?" Wali kelas muncul. Tenten yang tidak tahan akan keramaian memilih untuk langsung pergi, ia berlari kesebuah tempat yang tidak lain adalah belakang sekolah. Mukanya pucat pasi, ia memilih untuk disana sampai pelajaran dikelas selesai. Beberapa menit disana seorang siswi wanita yang tadi menghentikan perkelahian menyusul dan memanggilnya. "Hey Tenten, kau dipanggil kekantor untuk menghadap wali kelas" "A..apa? Ba..baiklah aku kesana" Tenten lalu menyusul Sakura yang adalah ketua kelasnya itu menuju kantor. Tenten tidak tahu bahwa ada yang diam - diam memperhatikannya dibalik pohon 'ada apa yaa, dia terlihat ketakutan' batinnya. Pemuda itu lalu duduk dikursi yang Tenten duduki tadi. "Baik! Jadi semua sudah berkumpul. Sakura jelaskan apa yang terjadi!". "Baik bu, jadi begini saya tadi baru datang dari toilet melihat Kiba memegang kerah baju Sasuke bu hendak memukulnya lalu saya hentikan dan saya tidak tau apa penyebabnya. Lalu kata teman - teman penyebabnya adalah Tenten" Tenten tertunduk takut, takut - takut kalau ia yang akan disalahkan. "Tenten! Apa benar?" "Sa..saya tidak tau bu" "Penyebabnya bukan dia!" Kata Sasuke membela. "Lalu?" Tanya ibu Tsunade. "Penyebabnya adalah saya, saya ingin menghentikan Kiba meminjam buku Tenten bu" "Betul sekali bu! Dia penyebabnya, dia datang - datang langsung memarahi saya yang ingin meminjam buku Tenten, apa haknya melarang saya?" "Diamlah Kiba! Kau juga salah karna ingin memakai kekerasan didalam kelas. Lalu kenapa kau malah meminjam buku mereka? Apa kau biasanya tidak mencatat!" Kiba tertunduk malu. "Oke jadi itu alasannya, kalian kembalilah kekelas dan jangan berkelahi lagi. Jika sampai terulang kalian akan langsung keruang kepala sekolah dan kepala sekolah akan memberi sanksi pada kalian, mengerti???" "Mengerti buu.." Mereka akhirnya keluar dari ruang guru dan menuju kelas. Tenten lalu menghentikan langkah Sasuke. "Sa..Sasuke!" "Ada apa?" "Terimakasih" "Hmmm sama - sama. Akuu... Eh!" Tanpa sempat meneruskan kata - katanya, Tenten sudah pergi begitu saja. . . Sepulang sekolah. 'Aku harus cepat' tumben sekali Tenten saat itu mendahului teman - teman sekelasnya yang lain sampai menimbulkan keheranan. Sesampai dibelakang sekolah 'dimana dia? Katanya ingin bertemu' sedikit kekecewaan yang dirasakan Tenten. Ia pun duduk sendiri dikursi itu menunggu dan menunggu beberapa menit berlalu. "Heeaaaaaaaaaa..!!" Pemuda itu kembali mengagetkannya tapi dengen mengacak acak rambut Tenten. "Hentikan bodohh!" "Apa kau sudah lama? Dimana makananku?" "Kau selalu menanyakan makanan! Jadi benar ya kau ini tidak diberi orangtua mu makan!" Pemuda itu lalu melahap makanannya beberapa sendok. "Apa kau yang memasaknya?" "A..apa? Tentu saja" "Tidak enakk" "Apaaaa? Lalu kenapa kau lahap sekali memakannya?" "Itu karna aku lapar" Tenten langsung cemberut. "Kau jelek sekali dengan ekspresi seperti itu, tunjukan senyuman itu lagi padaku. Ayoolah!" "Tidak akan!!" "Waah aku kecewa sekalii" "Oya ngomong - ngomong siapa namamu?" "Kau penasaran yaaaaa? Apa kau menyukaiku?" "Bukaaaan, aku hanya bertanya. Bagaimana bisa kita berteman tapi tidak saling tau nama masing - masing?" 'apa? Teman? Aku salah bicara lagii' batin Tenten. "Apa kau menganggapku sebagai temanmu?" "Bu..bukan begituu, a..akuu aku hanyaa tidak taulah, aku juga bingung" "Hahaa tidak usah saling tau lah, jika kau ingin berteman denganku berteman saja. Aku siap menjadi temanmu" "Ba..baiklah, lalu apa kau ini orang baik?" Tanya Tenten dengan wajah polos. "Tentu sajaaaaa. Jika aku orang jahat aku akan membawa dan menculikmu tau! Dan kau tau apa yang akan aku lakukan setelah itu kan?" "Dasar mesum! Bukan itu maksudku. Oya kau sepertinya seumuran denganku apa kau tidak sekolah, setiap pulang sekolah saja kau selalu ada disini tanpa memakai baju sekolah" "Tidak. Aku sudah lulus" "Benarkah? Jadi begituu?" "Apa kau tidak percaya?" "Tidak - tidak, aku percaya kok" "Lalu apa kau mau menerimaku sebagai temanmu?" 'Kenapa dia tidak bertanya tentangku malah bertanya itu sih!' "I..iya aku menerimamu sebagai temanku" "Kenapa?" "Karnaaa aku rasa kau cocok denganku, aku nyaman bersamamu. Lagipula aku selalu banyak bicara jika bersamamu. Selama ini aku tidak punya teman" "jadi aku teman pertamamu?" "Begitulah, aku tidak pernah begini semenjak.." "Hentikan! Aku tidak bertanya sampai sejauh itu. Jangan ceritakan!" 'A..ada apa dengannya, apa diaa....' *To Be Continued*

Bonus. Pic. from google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar