Jumat, 04 November 2016

Cinta Yang Kreatif : Chapter 2

“Naruto?” Aku memandangya tidak percaya. Mataku mulai berkaca-kaca dan badanku semakin gemetaran. Naruto, orang yang aku kenal selama 7 tahun dan selama ini pula menjadi sainganku, menjadi seorang pembunuh? Aku sungguh tidak menyangka. Dengan terhuyung-huyung aku mulai berdiri dan tanpa ku sadari aku mulai lemas. Kakiku tidak dapat menopang berat tubuhku hingga aku kembali terjatuh.
“Tenten? Tenten kau kenapa?” dapat ku dengar Naruto memanggil namaku sambil menahan berat tubuhku. Dan aku melihat Naruto sepertinya khawatir padaku atau dia khawatir karena aku mengetahui semuanya dan aku menjadi saksi atas kekejiannya membunuh sahabatnya sendiri. Aku tidak tau apakah setelah ini aku juga akan dibunuh, pantas saja kemarin malam dia diam-diam membuntutiku. Setidaknya jika aku terbunuh, aku sudah merusak masa depannya kemarin, maksudku melukainya, mungkin saja. Mataku perlahan-lahan tertutup dan setelah itu aku mulai tidak sadarkan diri.
Normal POV
Di sebuah apartemen yang tidak terlalu luas tapi sangat lumayan bagi orang yang tinggal sendirian, percekcokan sedang terjadi antara dua orang pria sebaya walau pria yang satunya hanya santai-santai saja. Di bagian ruang tengah, lebih tepatnya di atas sofa tergeletaklah seorang wanita yang masih tidak sadarkan diri dari pingsannya.
“Ini semua gara-gara kau teme!” omel Naruto kepada sahabatnya, Sasuke. Orang yang di sebut teme hanya menanggapi dengan santai sambil membuka tutup botol air mineral lalu meminumnya.
“Perasaan, aku tidak berbuat sesuatu yang salah” jawab Sasuke sekenanya.
“Aku tadikan tidak menyuruhmu untuk tidur di dalam lift seperti itu. Lagian kau tadi seperti orang yang habis terbunuh tau tidak?” Naruto yang memang hiperaktif, melangkah kesana kemari sambil mengomeli sahabat semata wayangnya ini.
“Maafkan aku. Bukankah ini semua idemu? Aku sangat mengantuk tadi. Kau tau kan ini sudah sangat larut malam. Jam segini orang-orang pada tidur. Jangan buat aku menjadi ooc seperti ini ya. Ini sungguh bukan sifatku!” jelas Sasuke yang sepertinya menyadari bahwa dia sangat ooc di sini.
“Aku kan hanya ingin buat dia terkejut bukannya membuat dia pingsan seperti ini. Ini malah keluar dari rencana kita sebelumnya” Sasuke yang bosan melihat Naruto sedari tadi hanya mengomel saja, memutuskan untuk pergi.
“Hn. Sudahlah aku mau pergi” Ucap Sasuke.
“Eh, mau pergi ke mana kau teme?” Tanya Naruto.
“Tentu saja pergi tidur! Aku menumpang ya?” Tanpa ijin, Sasuke dengan ekspresinya yang datar dan tidak tau malu kemudian menuju kamar Naruto. Naruto hanya geleng-geleng DJ melihat tingkah sahabatnya yang seperti itu.
Naruto kemudian duduk di samping Tenten, mengusapkan sedikit minyak pada hidungnya agar dia segera sadar. Sudah 1 jam berlalu sejak kejadian di depan pintu lift tadi.
Semula, Naruto memang berniat mengerjai Tenten, menakut-nakutinya dengan darah dan tentu saja itu bukan darah sungguhan. Itu adalah property yang Naruto ambil dari acara komedi. Karena sudah tidak terpakai lagi, maka Naruto mengambilnya. Secara diam-diam tentunya.  Agar aksinya ini berjalan mulus, dia meminta Sasuke untuk membantunya menjalankan aksi yang gila ini. Sampai akhirnya, Sasuke yang sudah berada di dalam lift memegang beberapa kantung berisi darah palsu itu, tidak sengaja  tertidur lalu menjatuhkan beberapa kantung tadi dan baju putihnya pun terkena. Dan di situlah dia, mirip seseorang yang sedang terbunuh dan tanpa dia sadari bahwa ada orang yang melihat dan sangat ketakutan atas ketidaksengajaannya itu. Naruto yang datang dari arah belakang Tenten, memang sengaja menaruh cairan darah palsu di tangannya agar mengenai Tenten. Tapi dia tidak menyangka bahwa Tenten seterkejut itu hingga pingsan. Barulah ia sadar setelah dia melihat sahabatnya sendiri tergeletak tanpa dosa seperti orang mati saja.
Naruto senyum-senyum sendiri menatap Tenten. Mengelus rambutnya dan menyentuh pipinya. Tapi tiba-tiba,
“Pembunuuuuuuuuuuuuuhhhh!!” dengan nyaringnya Tenten berteriak, duduk,  lalu tangannya menjambak rambut Naruto tidak lupa sumpah serapah yang ia lontarkan dari mulutnya.
“Dasar brengsek! Penjahat! Pembunuh! Mati kauuuu..” semakin Naruto berteriak, semakin pula Tenten kuat-kuat menjambak dan menarik-narik rambut Naruto.
“Aaaaww, aaaarrgh, sakit bodoh! Apa yang kau lakukan?” Naruto berusaha melepaskan tangan Tenten dari rambutnya tapi sepertinya sia-sia karena kekuatan Tenten tiba-tiba datang. Naruto saja sebagai laki-laki kalah kuat.
“Mana pembunuhnya?” Sasuke yang tiba-tiba muncul dari kamar Naruto membawa tongkat bisbolnya dengan panik.
“Hantuuu..!!” Tenten yang tidak bisa lepas dari keterkejutannya lagi akhirnya menghentikan acara jambak rambutnya kepada Naruto dan kini Naruto bisa bernafas lega.
“Hei, tenanglah. Lepaskan dulu tanganmu ini dari rambutku oke? Nanti akan aku jelaskan semuanya” Tenten perlahan melepaskan tangannya. Tanpa sepatah kata apapun ia mau saja menuruti perkataan Naruto sambil matanya tidak lepas dari sosok yang ia sebut sebagai hantu tadi.
“Sudahlah, jangan menatap Sasuke seperti itu. Dia itu bukan hantu” Terang Naruto kepada Tenten yang masih saja diam dan bengong menatap Sasuke.
“Benar, walaupun aku hantu aku akan menjadi hantu yang sangat tampan. Benar kan Tenten-san?” ucap Sasuke dengan sangat pede. Setelah Sasuke berkata demikian, Tenten mulai sadar dan kembali terduduk lemas di atas sofa.
“Teme, ambilkan dia minum. Aku akan menjelaskan padanya” perintah Naruto.
“Enak saja kau memerintahku, dasar dobe!” Sasuke yang tidak terima diperintah tetap mengambil minum yang diminta oleh Naruto. Naruto kemudian duduk dan mulai menjelaskan kepada Tenten.
“Bagaiman perasaanmu?” Tanya Naruto memulai.
“Jelaskan saja padaku bodoh. Tidak usah basa-basi segala!” Naruto kemudian menjelaskan dari awal sampai akhir kejadian yang sebenarnya terjadi. Sasuke juga ada di situ mendengarkan, walau masih dalam mode mengantuk.
“Maafkan kami Ten, ku kira kau tidak akan pingsan seperti tadi. Ini semua juga karena aku ingin mencoba rencana yang akan kami buat untuk reality show terbaru kami”
“Apa? Jadi maksud mu aku adalah bahan percobaan begitu? Kurang ajar!” Tenten kemudian dengan mata melotot berdiri menatap kedua laki-laki yang sedang berhadapan dengannya ini. Kedua laki-laki itu hanya menunduk karena takut. Berhembus kabar bahwa jika Tenten marah, semua yang ada di dekatnya akan hancur, bahkan direktur pun pernah ia lawan dan apa yang terjadi? Direktur tidak berkutik.
“Dengar ya?...” Naruto dan Sasuke serempak menegadahkan kepala, lalu Tenten melanjutkan “Kalian pikir aku bisa dipermainkan seperti ini? Lihat saja, siapa yang akan pingsan nanti jika Rating acaraku lebih bagus dari reality kampungan kalian itu. Cih, jangan harap kalian akan menang. Jika kalian sampai bermain-main dengan ku seperti ini lagi, kalian akan mati!” Ancam Tenten dengan beringasnya. Bukannya takut, Naruto malah menyeringai.
“Baiklah!” Naruto berdiri, lalu mengulurkan tangannya.
“Kalau begitu, buatlah sesuatu yang hebat. Jika kau sudah bisa melampauiku aku akan datang dan melihat apa yang akan kau minta dariku. Deal?” Setelah Naruto berkata demikian, Tenten dengan yakin dan teguh menjawab.
“Deal!” tanpa menjabat tangan Naruto Tenten kemudian bergegas pergi. Kemudian ia balik lagi.
“Di-dimana tas dan jaketku?” Ternyata barang yang Tenten bawa sedari tadi tertinggal. Betapa malunya ia sekarang harus berbalik dan bertanya lagi. Ternyata Tenten kurang focus.
“Itu!” Dengan senyum tertahan, Naruto menunjukkan arah barang Tenten yang tertinggal. Kemudian Tenten dengan muka semerah tomat favorit Sasuke, mengambilnya lalu kembali pulang.
“Tenten-san!” panggil Sasuke menghentikan langkah Tenten. Tenten menoleh,
“Ambil ini!” Sasuke melemparkan botol a**a kepada Tenten dan Tenten menangkapnya.
“Minumlah biar kau focus” Tenten yang tadi memang sempat kegeeran karena Sasuke memanggilnya, tiba-tiba langsung memasang wajah masam.
“Sahabat memang sama-sama bejat!” Gumam Tenten, “Baiklah, arrigatou Sasuke-san” Tentenpun meninggalkan apartemen Naruto kemudian menuju ke apartemennya yang memang bersebelahan.
“Apa-apaan sih kau, teme!” Protes Naruto sambil berlalu meninggalkan Sasuke.
“Heeee” Sasuke hanya menanggapi dengan senyum 5 jari.

To Be Continue..


Bonus. Gif from google